1. Permasalahan pokok pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung
didalam sistem pendidikan itu sendiri. Masalah mikro tersebut berkaitan dengan
masalah makro pembangunan, yaitu masalah diluar sisitem pendidikan, sehingga
juga harus diperhitungkan didalam memecahkan masalah mikro pendidikan. Masalah
makro ini berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi dan sosial budaya, serta masalah perkembangan regional. Dan selanjutnya
akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
- Perkembangan iptek dan Beni.
- Laju pertumbuhan penduduk.
- Aspirasi Masyarakat
- Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
2. Perkembangan Iptek dan Seni
a. Perkembangan
Iptek
Terdapat
hubungan yang eras antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisir mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang
direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Sebagai
contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan iptek itu, misalnya
sering suatu teknologi baru yang dugunakan
dalam suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru
lantaran perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga penguraian jumlah tenaga
kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan varu, sistem pelayanan baru, sampai
berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal dapat mempengaruhi
perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan
pendidikan , otomatis juga sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium dan
ketenangan. Semua tersebut tentu membawa masalah dalam skala nasional yang
tidak sedikit memakan biaya.
Kesenian
merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang
menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hisup manusia.
Malalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipt) yang
bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dengan
memperhatikan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika dunia seni dikembangkan
melalui sistem pendidikan secara terstruktur
dan terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut
tersedianya sarana pendidikan. Disinilah timbulnya masalah pendidikan kesenian
yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah –sekolah saat ini
menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi
yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak
termasuk ebtanas, disamping juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana
penunjang umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal.
3. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan
kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
a. Menurut Emil
Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan penduduk adalah
sebagai berikut:
Dari sekarang hingga abad XXI, terus
menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun
gerakan berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun labih cvepat yaitu
sebesar 4.5 % dari turunnya tinggi kelahiran,
yait6u sebesar 3,5 %. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan
umur penduduk. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan serta komponen
penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban
pembangunan nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran permintaan
akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih
meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekloah dasar. Sebagai
akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke perguruan tinggi juga meningkat,
khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan
pendidikan nonformal.
b. Penyebaran
Penduduk
Penyebaran
penduduk diseluruh pelosok tanah air
tidak merata. Ada daerah yang dapat penduduk, terutama dikota-kota besar
dan daerah yang padat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang
penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman khususnya didaerah terpencil yang
berlokasi dipegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti digambarkan
itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Disamping
sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols yang static (di kota
padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terusw menerus terjadi. Peristiwa
ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan
penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran
kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan tenaga
kerja.
4. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua
warsa terakhir ini, aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya
aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan ,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan.
Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan
pendakian ditangga social. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap
pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya
anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya
sendiri. Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut? Gejala yang
timbul ialah membanjinya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi
meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulia bermunculan
beraneka ragam penidikan nonformal.
5. Keterbelakang Budaya dan Sarana
Kehidupan
Keterbelakang
budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarkat (yang
menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya,
kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari
kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan
zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif.
Semestinya masyarakat luar bukan harus menilainya hanya melihat bagaimana
kesesuaia n kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi
sebagai transformasi budaya (dalam hali ini adalah kebudayaan nasional). Sebab
sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada initnya
sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika system pendidikan dapat menggapai
masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan
serta dalam pembangunan.